diposkan pada : 27-11-2024 10:03:25 Ciri-ciri Aswaja ( Ahlus Sunnah Waljamaah )

Ciri-ciri Aswaja ( Ahlus Sunnah Waljama’ah )

 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: "تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً" ( رواه ابن ماجه).

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» ( رواه الترمذي )

Pada umumnya memahami hadist di atas sebagai dalil bahwa umat islam akan terpecah belah menjadi 73 golongan[1], namun Syaikh Said Romadhan Al-Buthy dalam kitab Al-Madzhab at-Tauhidiyyah halaman 25-26 memiliki tinjauan yang berbeda, yaitu kata umat pada hadis (Riwayat Turmudzi) tersebut adalah umat ad-da’wah (umat manusia secara umum) bukan umat ijabah (umat Islam). Apa argumentasi beliau? Salah satunya dalam hadist riwayat Turmudzi ada redaksi كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً menggunakan lafadz ملة yang jelas secara leterlek bermakna agama, bukan dolongan.

Lahirnya Ahlussunnah Waljamaah

Lahirnya Ahlussunnah Waljamaah bermula saat munculnya faham agama islam yang beragam yang secara umum melenceng dari ajaran Nabi Muhamad Saw dan para sahabat. Bermula dari itu Imam Asy’ari dan Imam Maturidi merumuskan faham yang sesuai dengan ajaran Nabi Saw. Jadi sejatinya faham aswaja sudah ada sejak zaman Nabi Saw namun mereka para sahabat dan tabi’in tidak memberi lebel tertentu. Hingga pada tahap selanjutnya jika ada penyebutan istilah ahlussunnah waljamaah yang dikehendaki adalah faham Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. (Az-Zabidiy, Ittihafus sadat juz 2 hlm. 6, Dar el-fikr)

Istilah Ahlussunnah Waljamaah

  1. Ahlu berarti keluarga, pengikut dan penduduk
  2. As-Sunnah, Ibnu Rajab menyebutkan, menurut ulama adalah jalan yang ditempuh Nabi Saw dan para Sahabatnya yang selamat dari syubhat. (Ibnu Rajab, Kasyf al-kurbah, hlm. 19-20). Merujuk pada hadist berikut (sebagaimana dijelaskan di dalam risalah ahlussunnah waljamaah hlm. 4) :

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي

  1. Al-Jama’ah, merujuk pada hadist yang menjelaskan bahwa kelompok yang selamat adalah al-jama’ah. Para ulama berbeda pendapat mengenai makna al-jamaah di dalam hadist, namun secara substansi sama, yakni kelompok mayoritas, menerima ijma’ dan memelihara kebersamaan atau kolektifitas.

مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ (رواه الترميذي والحاكم وصححه ووافقه الحافظ الذهبي )

أَيُّهَا النَّاسُ، عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ، أَيُّهَا النَّاسُ، عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ ، ثَلَاثَ مِرَارٍ،(رواه احمد)

Ciri-ciri Ahlussunnah Waljamaah

Ada beberapa ciri khusus faham aswaja, yaitu :

  1. Berpegang teguh pada ajaran Nabi saw dan para sahabat (tidak memilah-milah sahabat)

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  «إِنَّمَا أَصْحَابِي كَالنُّجُومِ , فَبِأَيِّهِمُ اقْتَدَيْتُمُ اهْتَدَيْتُمْ»

-قالَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم -:"لا تَسُبُّوا أصحابي؛ فلو أنَّ أحدَكُم أنْفَقَ مثلَ أُحُدٍ ذهبًا؛ ما بَلَغَ مُدَّ أحدِهِم ولا نَصِيْفَهُ

  1. Menjaga kolektifitas atau kebersamaan, karena Nabi Saw bersabda bahwa umat islam tidak mungkin bersepakat pada kesesatan. Dan realitanya aswaja menjadi faham yang mayoritas. Sebagaimana dijelaskan di dalam kitab al-Ajwibah al-Gholiyah karya Habib Zain bin Smith hlm. 49 .

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أُمَّتِيَ لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ»

ومن شذّ شذّ في النار

  1. Menerima Ijma’ (dalilnya sama dengan point b.)
  2. Tidak mudah mengakfirkan sesama muslim. Sayid Muhamad di dalam kitab Mafahim hlm. 81 menjelaskan bahwa sudah menjadi ijma’ tentang larangan mengkafirkan ahlul qiblat.

"أَيُّمَا رَجُلٍ قالَ لأَخِيهِ: يا كافِرُ؛ فَقَدْ بَاءَ بِهَا  أَحَدُهُما".

Ada kaidah pijakan utama (Said Hawa, Al-Islam, juz 1, hlm. 95)

من كفر مؤمنا فقد كفر ومن لم يكفر الكافر فقد كفر ومن شك في كفر الكافر فقد كفر

Jika sepintas melihat orang lain berbuat kekufuran, maka harus diklarifikasi, apakah sengaja atau lupa atau tidak tahu. Namun jika yang ia lakukan jelas tergolong perbuatan yang menyebabkan kufur, namun masih bisa dita’wil atau ada ulama yang tidak mengkategorikannya perbuatan kufur, maka harus dita’wil.

  1. Tidak mudah menuduh bid’ah (yang dilarang) pada setiap hal yang baru. Sudah kita ketahui bahwa secara singkat bid’ah ada dua : hasanah dan madzmumah. Bid’ah hasanah adalah sesuatu yang belum ada pada masa Nabi Saw, namun secara substansi sesuai atau tidak bertentangan dengan ajaran syariat seperti penulisan mushaf ustmaniy, adanya nahwu, pembangunan madrasah, dan pondok, dll. Bid’ah madzmumah adalah bid’ah yang secara substansi bertentangan dengan ajaran syariat seperti faham mujassimah, faham manusia menentukan kehendaknya sendiri secara mutlak dll. (Al-Ajwibah, hlm. 54)

 

 


[1] Termasuk Hadrotus Syaikh Hasyim Asya’ri di dalam kitab risalah ahlusunnah walajamaah halaman 26 menjelaskan dalam sabu bab khusus mengenai hadist ini. Dan beliau menyampaikan bahwa golongan yang selamat adalah kelompok aswaja